
Bayangkan suatu pagi Anda bangun dengan rasa perih di tenggorokan, setiap kali menelan terasa seperti ada duri kecil yang menggores. Banyak orang akan mengira ini hanya radang biasa akibat kurang minum atau terlalu banyak makan gorengan. Namun, di balik rasa nyeri ini, ada kondisi medis bernama faringitis yang perlu diperhatikan.
Faringitis adalah peradangan pada faring, saluran yang menghubungkan hidung dan mulut ke tenggorokan. Penyebabnya bisa beragam, mulai dari infeksi virus seperti flu biasa hingga bakteri Streptococcus pyogenes yang memerlukan penanganan khusus. Gejalanya meliputi nyeri tenggorokan, demam, batuk, suara serak, dan kadang pembengkakan kelenjar di leher.
Sayangnya, banyak orang menyepelekan gejala ini. Padahal, jika disebabkan oleh bakteri dan tidak ditangani, faringitis dapat berkembang menjadi komplikasi serius seperti demam rematik atau infeksi ginjal. Di sinilah pentingnya mengenali tanda-tanda kapan harus menemui dokter—misalnya jika nyeri tenggorokan berlangsung lebih dari seminggu, disertai demam tinggi, atau kesulitan menelan.
Penanganan faringitis tergantung pada penyebabnya. Jika virus, biasanya cukup dengan istirahat, minum air hangat, dan pereda nyeri. Namun, bila bakteri, dokter akan meresepkan antibiotik yang harus dihabiskan sesuai anjuran. Mencegah faringitis sebenarnya sederhana: cuci tangan secara teratur, hindari kontak dekat dengan orang yang sedang sakit, dan jaga daya tahan tubuh.
Kesehatan tenggorokan sering kali diabaikan sampai rasa nyeri membuat kita sulit berbicara atau makan. Dengan memahami faringitis, kita bisa lebih waspada dan mengambil langkah tepat sebelum kondisinya memburuk.
Referensi:
- Worrall GJ. Acute sore throat. Can Fam Physician. 2007;53(11):1961–1962.
Shulman ST, Bisno AL, et al. Clinical practice guideline for the diagnosis and management of group A streptococcal pharyngitis. Clin Infect Dis. 2012;55(10):e86–e102.